#SMARTLEARNER
"Be Smart and
Keep Learning"
Kalian pernah enggak sih, merasa bahwa kata-kata yang diucapkan orang itu terdengar positif, tapi kok rasanya membuat kita menjadi merasa bersalah, tidak berguna, dsb. Atau jangan-jangan kamu lah orang itu? Niatnya sih memberikan positive vibes, tapi tanpa kamu sadari sebenarnya itu malah menjadi racun untuk orang yang kamu beri positive vibes. Hati-hati ya sama hal seperti ini. Jadi apa sih toxic positivity sebenarnya? Yuk simak bareng-bareng
Apa Itu Toxic Positivity Sebenarnya?
![]() |
Ilustrasi - economictimes.indiatimes.com |
Sama seperti apa pun yang dilakukan secara berlebihan, ketika ke-positif-an digunakan untuk menutupi atau membungkam pengalaman (keluh kesah) seseorang, hal itu membuat seseorang terus-terusan untuk selalu berpikir positif sehingga tidak realistis dan malah akan menjadi racun dan terasa palsu. Dengan tidak mengizinkan perasaan tertentu, kita jatuh ke dalam penyangkalan sehingga menjadi merasa tertekan, takut, sedih, sakit, dan merasa sendiri.
Kita tahu bahwa manusia tidak ada yang
sempurna. Kita merasakan cemburu,
marah, kesal, sedih, dan emosi lainnya. Sehingga hal itu wajar adanya, tidak
perlu untuk berpura-pura menjadi "positif sepanjang hari”.
Tanda- Tanda dari Toxic Positivity
Berikut
ini adalah tanda-tanda dari toxic positivity yang dapat membantu mengenalimu
bagaimana itu terjadi di kehidupan kita.
Mengapa Toxic Positivity Buruk untuk Mental Kita
1. Malu
![]() |
Malu - voa-islam.com |
Untuk terlihat selalu positif, seseorang
menjadi memilih untuk membungkam semua keluh kesah mereka. Kebanyakan dari kita
pasti tidak ingin memperlihatkan sisi “buruk” kita. Sehingga ketika ada pilihan
a. Berani
jujur
b. Berpura-pura
semua berjalan baik-baik saja
Kebanyakan dari kita memilih yang b bukan
?
Namun, rasa malu yang terus menerus
dipendam ini akan menimbulkan perasaan tertekan yang tidak baik untuk kesehatan mental kita.
2. Perasaan
Tertekan
![]() |
Ilustrasi tertekan - ShutterStock |
Beberapa studi psikologi menunjukan bahwa menyembunyikan atau menolak perasaan menyebabkan lebih menambah stress
Salah
satu studi contohnya, ketika beberapa partisipan dibagi ke dalam dua kelompok
dan ditampilkan film prosedur medis yang agak mengerikan sambil diukur respons
stress mereka. Kelompok pertama diminta untuk melihat video itu dan membiarkan
partisipan untuk bercerita akan perasaan tertekan mereka ketika melihat video
tersebut. Sedangkan kelompok kedua diminta untuk menonton film tersebut dengan
berpura-pura tidak terjadi apa-apa. Dan coba tebak ? Partisipan yang menunjukan
tidak menunjukan emosi mereka memiliki masalah psikologi yang meningkat. Emosi
mereka diluar menunjukan mereka baik-baik saja, namun di dalam stress mereka
membludak. Udah kebayang impactnya
kayak gimana?
Toxic VS Non-Toxic
Setiap orang berhak untuk mengungkapkan perasaan apa yang ia rasakan sebenarnya. Tidak perlu menolak, merasakan negative feelings bukan berarti kamu menjadi orang yang negatif. Thanks for reading semuanyaa. See you!
By MACEVOL - Taqiyah Nabila
Semakin kesini memang sering merasa tertekan. Mulai dari hal kecil seperti tugas2 :"
BalasHapusKeren banget isinyaa huhu terima kasih
BalasHapusTernyata aku sering ngasih vibes positif yg malah toxic hiks.. Thanks banget ilmunyaaa💞💞
BalasHapusPosting Komentar